Membaca "Istanbul", saya diingatkan kembali bahwa tidak semua yang digali dari masa lalu menjadi satu-satunya yang terbaik-baik. Apalagi Orhan Pamuk sebelumnya menceritakan perjalanan kota yang penuh "huzun" atau kemurungan. Karenanya, tembok-tembok kota mewakili sebuah cerita murung yang benarkah perlu diperlihatkan kembali dengan cara yang sama dia dibesarkan. Pamuk menunjukkan penulis-penulis seperti Ahmet Rasin yang dengan cara lain bercerita mengenai Istanbul. Bercerita tentang masa sekarang yang semarak dan membahagiakan melalui berbagai kejadian-kejadian di Istanbul. Tentu saja tidak semua kejadian bahagia. Dengan cara ini pula, Rasin mencoba menggambarkan Istanbul bukan dengan cara barat "membayangkan" Istanbul melainkan dengan apa adanya.
Tentang Orhan Pamuk dan Istanbul-Kenangan Sebuah Kota
Menurut Wikipedia, Pamuk dilahirkan di lingkungan keluarga berada. Ayahnya adalah CEO pertama IBM Turki. Ia belajar di Sekolah Menengah Umum Amerika Robert College di Istanbul. Kemudian ia mengambil program arsitektur di Universitas Teknik Istanbul, karena tekanan keluarganya agar ia menjadi insinyur atau arsitek.
Namun ia berhenti setelah tiga tahun dan menjadi seorang penulis penuh waktu. Pamuk lulus dari Institut Jurnalisme di Universitas Istanbul pada 1977. Ia menjadi sarjana tamu di Universitas Columbia di New York City dari 1985 hingga 1988, dan pada masa yang sama ia pun menjadi mahasiswa tamu di Universitas Iowa. Lalu ia kembali ke Istanbul. Parmuk dianugerahi Penghargaan Kesusastraan Nobel pada 12 Oktober 2006. Pamuk menerbitkan memoir/catatan perjalanan İstanbul-Hatıralar ve Şehir pada 2003.



