Friday, January 26, 2007

Kereta Jam 9

Area di mana apartemenku berada dekat sekali dengan rel kereta api. Tidak langsung berhadapan. Bagian belakang bangunan-bangunan yang berada di depan apartemenku yang langsung menghadap ke rel kereta api. Pertama kali aku sadar bertetangga dengan rel kereta api ketika aku harus bertemu dengan Normand di kantor UNESCO Hanoi di jalan Cao Bào Quàt, tidak jauh dari Park Lenin. Karena aku lihat di peta, jalan itu tidak jauh dari apartemenku, jadilah aku memutuskan untuk ke sana dengan jalan kaki. Sekaligus melihat salah satu Patung Lenin yang masih tersisa di dunia. Saat itulah aku menemukan rel kereta itu, terbentang melintasi jalan Dien Bien Phu. Semakin sadar ketika aku mulai menyimak bahwa setiap jam-jam tertentu, seperti jam 6 atau jam 9 malam selalu ada bunyi panjang yang sama, bunyi klakson kereta api, "teeet...teeet...".

Rel kereta api di tengah kota memang bukan hal biasa. Stasiun kereta pertama biasanya dibangun bersamaan dengan tumbuhnya kota modern, berfungsi untuk menata teritori suatu wilayah dengan kota tersebut sebagai pusatnya. Maka, lumrahlah kalau stasiun kereta berada di tengah kota. Di Yogyakarta ada Stasiun Tugu, di Jakarta ada Stasiun Jakarta Kota sedang di Hanoi ada Ga Ha Noi (Stasiun Hanoi). Seiring semakin besarnya kota, rel kereta yang tumbuh keluar kota menjadi semakin pendek karena kota yang semakin mekar.

Yang aku perhatikan adalah kehidupan di sekitar rel kereta tersebut. Kalau di Indonesia, karena akuisisi lahan di sekitar rel yang milik PT K.A. adalah "ilegal" dan "informal" maka yang muncul adalah kehidupan yang terpaksa. Yang tumbuh kemudian adalah bangunan-bangunan temporer terbuat dari papan, dari seng atau material apapun yang seadanya tanpa takut akan rugi bila suatu hari terpaksa pergi. Sementara kehidupan di sekitar rel di Hanoi berkesan formal. Rapi, bersih dan permanen. Rumah berlantai satu atau dua dengan akses masuk dekat dengan rel kereta (maksudnya bukan pintu belakang yang dekat dengan rel). Kemudian aktivitas menjemur, memasak nasi ataupun kegiatan produksi biasa pula di lakukan di ruang antara rel serta muka rumah. Ruang tersebut selain menjadi jalan pintas bagi pejalan kaki dan pengendara motor, lebarnya yang kira-kira 2 meter aku lihat bisa pula termanfaatkan menjadi lahan parkir. sementara di ujung pertemuan rel kereta dengan jalan Dien Bien Phu, ada saja penjual "baguette" yang nongkrong dengan dagangannya tepat di atas rel.

Ya, aku tidak bisa membayangkan bagaimana manajemen resiko yang diterapkan baik perusahaan kereta serta para pemilik rumah di sepanjang sisi rel kereta. Bayangkan kalau ada kereta yang tiba-tiba anjlok, yang tiba-tiba keluar rel dan entah meloncat ke mana. Dan sepertinya dia bisa berhenti pula tepat di depan
apartemenku. Hiii....