Saturday, February 10, 2007

Sampaikah salamku untuk dia...

Hari-hari mendekati Tahun Baru Tet. Seperti tahun baru Cina, tahun Baru Tet mengikuti sistem perhitungan hari menurut kalender bulan. Tahun ini, tahun Baru Tet akan bertepatan dengan tanggal 17 Februari Masehi.

Hari ini, tujuh hari menjelang tahun baru Tet adalah hari spesial. Menurut Lonely Planet, karena Tao Quan -a man- kata resepsionis apartemenku- akan naik ke surga untuk melaporkan hal-hal yang terjadi sepanjang tahun ini kepada the Jade Emperor. Tao Quan akan mengendarai ikan, sehingga hari ini orang-orang membeli ikan dan melepaskannya ke Red River atau danau-danau di Hanoi. Selain itu, hari ini orang-orang berkumpul serta makan bersama.

Menjelang tahun baru Tet ini, pertanyaan berulang yang aku terima adalah "Apakah kamu juga punya perayaan seperti ini?". Pertanyaan ini pertama kali datang dari bule Australia pemilik toko buku "Bookworm' di Ngo Van So. Dengan mantap aku bilang, "tidak ada". Kami hanya punya Tahun Baru yang cukup dirayakan dengan nonton TV atau berhitung. "Oh, aku pikir karena kalian punya kebudayaan yang berbeda kalian punya tahun baru yang berbeda pula...."

Pertanyaan itu makin kerap muncul, sehingga aku jawab saja, "tidak ada perayaan yang khusus di mana orang-orang harus mudik. Tapi ada Hari Raya Lebaran yang dirayakan dengan mudik dan libur selama kurang lebih sepekan. Tidak semua merayakan, tapi hampir semua menikmati liburnya." Lantas aku sadar. Kalau ada yang kurang untuk bisa diceritakan, itu adalah "sesuatu yang dirayakan". Kenapa di Indonesia tidak ada "sesuatu yang dirayakan" alasannya mungkin supaya tidak kelihatan kalau senang berpesta, maka tidak perlu ada banyak perayaan2 yang khusus. Tapi dengan alasan ini pula, ada daerah2 tertentu yang menjadi unik. Mereka tampak berbeda karena memelihara perayaan masing2. Ya, jawabannya mungkin tidak bisa pendek. Indonesia adalah negara kepulauan, terdiri dari banyak suku dan masing2 suku punya tradisi perayaannya sendiri....

Di Hanoi, tidak banyak orang yang beragama Kristen. Tapi menjelang Natal kemarin, seolah Hanoi akan merayakan Natal. Boneka Santa Klaus, lampu-lampu yang digantung di pohon, tulisan-tulisan "Selamat Natal". Dan ketika harinya tiba, semua orang merayakan dengan keluar ke jalan keliling kota. Hoan Kiem Lake jadi sasaran dipenuhi dengan orang-orang tua muda, termasuk turis-turis seperti aku yang bengong dengan bagaimana Natal dirayakan.

Ada yang perlu dirayakan untuk dapat menikmati kota yang sedang kita tinggali....

In the Mood for Love


"Chungking Express" (1994) adalah film pertama Wong Kar Wai yang aku tonton. Kalau tidak salah, aku kebetulan sedang ganti-ganti channel tv, dulu hanya ada RCTI, SCTV, TPI dan TVRI, sampai menemukan film itu sedang diputar RCTI. Film yang aneh. Antar adegan seperti tidak runtut, miskin dialog, dan kaya gambar, maksudnya seperti melebih-lebihkan suatu obyek dan mengontraskan terang gelap. Aku masih ingat, Tony Leung jadi seorang polisi yang senang memainkan pesawat-pesawatankecil.

Film kedua yang aku tonton adalah "Fallen Angels", film yang kesannya serba gelap, tentang seorang pembunuh. Lalu "Ashes of Times", film silat yang ancur luar biasa. Lalu "2046" yang aku tonton di Paris dua tahun lalu. Olivier, suaminya Rozenn, yang cerita kalau film ini bagus, termasuk soundtracknya yang banyak ambil lagu-lagu Amerika Latin. Film "The Hand", satu dari tiga film pendek dalam "Eros" aku tonton akhir 2005. Dan terakhir "In the Mood for Love" (2000) yang DVD bajakannya baru aku beli tadi siang di sebuah toko di jalan Hang Bac.

"In the Mood for Love", film ini bisa dibilang seri sebelumnya "2046", yang cerita bagaimana Mr. Chan dan Mrs. Chow bertemu. Masing-masing telah menikah, tapi adalah mereka berdua adalah karakter yang sendiri karena Mrs. Chan yang kerap kerja sampai larut dan Mr. Chow yang sering bertugas ke luar negri. Berawal dari "cerita tentang dasi dan tas", akhirnya mereka memutuskan untuk kerap bertemu dan berhubungan. Akhir cerita ditetapkan dengan perginya Mr. Chan ke Singapura untuk tetap bisa bilang "we wouldn't be like them....". Lingkungan memang telah menciptakan sistem yang membuat kode2 untuk dapat mengalihkan perasaan, seperti telepon, makan malam dan payung. Mungkinkah itu cukup....

He remembers those vanished years.
As though looking through a dusty window pane,
the past is something he could see, but not touch.
And everything he sees is blurred and indistinct.


---
Sepanjang jalan Hang Bac ini ada sekitar tiga toko yang menjual produk-produk gagal (gagal asli karena memang bajakan) seperti VCD atau CD musik dan DVD film. Harga per satuannya antara 15000 - 16000 VND atau 1 USD.