Wednesday, December 20, 2006

Bike or Burden

Bike or Burden. Di Hanoi, harga sepeda motor yang murah -hanya 3 juta untuk sebuah motor Cina- membuat jumlahnya yang sedang berkeliaran di jalan hanya -konon- selisih separuh dari jumlah penduduknya. Jalan bisa menjadi sangat penuh dengan sepeda motor, terutama waktu-waktu puncak, seperti pagi ketika orang-orang harus ke kantor dan sekolah, serta sore ketika orang-orang pulang kantor. Mereka bisa mengklakson dengan sangat keras dan panjang bila tidak diberikan jalan. Sama juga dengan di Indonesia, lampu belumlah lampu merah bila belum benar-benar merah.

Satu yang akan membuat tercengang adalah bagaimana motor dimanfaatkan sebagai alat untuk angkutan barang. Ya, ini juga terjadi di Indonesia, sampai ada iklan layanan masyarakat 'untung jadi buntung' yang bintangnya cak lontong. Tapi di sini luar biasa sekali. Impossible is nothing di sini. Dari yang kecil seukuran kardus indomi hingga yang besar seukuran kardus kulkas -termasuk kulkas di dalamnya!!! Sayang, mata saya kalah cepat dengan kelebatan motor itu, jadi maaf belum ada foto yang menjadi saksi peristiwa besar tersebut.

Persoalan pertama yang harus diselesaikan adalah, menaruh secermat dan seoptimal mungkin barang di atas motor. Kemudian, mengikatnya seerat mungkin. Sebelum meluncur, dibutuhkan satu tenaga sukarela untuk menjaga barang-barang itu pada keadaan seimbangnya. Lalu meluncurlah si motor bersaing dengan motor-motor lainnya di jalan. Dan kita jadi mengerti kalau kendaraan jenis ini senang meng-klakson berpanjang-panjang daripada berhenti dan terpaksa menyeimbangkan lagi bawaannya, hehehe....




* Bike or Burden adalah sebuah judul buku yang isinya
foto tentang motor serta boncengan mereka yang "plus" banyaknya.