Friday, September 23, 2011


Sejarah sebuah kampung dapat dilihat dari namanya. Istilahnya toponim.
Yogyakarta salah satu yang sejarah ruangnya dapat dikenali dengan mudah. Nama-nama jalan atau kampung bercerita tentang masa lalunya, meski mungkin tidak sungguh persis benar saya dapat pahami. Kadang-kadang hanya nama saja, tidak ada artefak atau bukti lainnya. Di Malioboro misalnya, ada kampung Dagen, Pajeksan atau Sosrowijayan. Dagen artinya orang yang bekerja di bidang perkayuan. Banyak yang berasumsi kalau di Kampung Dagenlah dulunya merupakan tinggalnya komunitas orang-orang yang ahli di bidang ini. Sementara Pajeksan dari kata "jaksa" sedang Sosrowijayan dari kata "Sosrowijaya". Keduanya menunjuk adanya seorang tokoh, seperti jaksa atau pangeran bernama Sosrowijaya. 
Tentang toponim ini saya temukan juga di Malaka, salah satu world heritage di Malaysia. Salah satu jalan mereka panggil Jalan Tukang Besi. Saya yakin komunitas pandai besi dulunya tinggal di sekitar jalan ini.
Namun dimana para tukang besi itu?

Tidak hanya para tukang besi yang telah pergi, bukti-bukti kehadiran mereka sering tidak ada. Tetapi, penamaan kampung telah bertahan lama. Saya rasa, tiap orang kampung tanpa direncanakan telah memelihara memorinya tentang sejarah kampungnya. Pengalaman di Bumen menunjukkan bagaimana hal ini disampaikan saat generasi yang baru bermunculan. Namun, siapa yang menjamin cerita tersebut serupa versinya.