Tahun 2014
ini ada dua tawaran workshop mengenai "Heritage Impact Assessment".
Satu diadakan di Hong Kong, pada bulan Mei oleh the Architectural
Conservation Programmes (ACP), Faculty of Architecture, The University of Hong Kong dan
lainnya di Cina pada bulan Oktober oleh World Heritage Institute of
Training and Research for the Asia and the Pacific Region under the auspices of
UNESCO, Shanghai Centre (WHITRAP, Shanghai) dan ICCROM.
Saya mengikuti salah satunya di Hong Kong. Pada saat bersamaan bertemu
dengan dua teman baru dari Indonesia, Iin dari UNESCO dan Dedi dari Riau
Heritage. Iin ini ternyata membantu kami menerjemahkan buku Panduan Pelestarian
Pasca-Gempa di Padang. Selain itu, peserta juga datang dari India dan Jepang,
Mengenai Heritage Impact Assessment atau HIA bisa disimak melalui http://www.icomos.org/world_heritage/HIA_20110201.pdf.
Menurut staf pengajar kami, Dr. Richard A.
Engelhardt dan Dr. Ayesha Pamela Rogers, masih banyak yang perlu
dikembangkan dari implementasi HIA ini. HIA cukup berkembang di Hong Kong,
justru karena instrumen-instrumen pelestarian bangunan atau kawasan pusaka
belum cukup lengkap. Mereka belum mengenal konsep seperti kawasan pusaka,
karena itu pelestarian bangunan pusaka dilakukan dengan pendekatan tiap
pembangunan.
Cerita
berlanjut, studi kasus kami adalah Kampung Pok Fu Lam, yang pada tahun 2013
dinyatakan sebagai salah satu the 2014 World
Monuments Watch. Kabar terbaru, American Express dan World
Monuments Fund memberikan $1.5 Juta untuk pelestarian kampung ini. Selamat
untuk Nigel dan teman-teman dari komunitas yang memperjuangkan Pok Fu Lam dalam isu pelestarian.