Sebenarnya, kalau tidak ada matahari, rencananya hari ini aku, Kannika dan Munim sekeluarga akan ke Museum of Fine Arts, tidak jauh dari apartemenku. Kami pilih museum supaya tidak harus berada di luar ruang yang di cuaca yang sedang dingin ini. Berhubung Kannika, akhirnya, mengirim email pengumuman bahwa dia sakit, tepatnya sakit kepala, akhirnya aku usul untuk membatalkan saja acara arisan yang direncanakan. Sebenarnya aku tidak ada rencana Sabtu ini selain membeli tiket bulanan untuk Februari di Ga Ha Noi. Karena ada matahari, aku memutuskan keluar mencari obyek yang ada di luar ruangan. Dan targetnya adalah Van Mieu - Quoc Tu Giam.
Sejarah singkatnya bisa diliat di brosur ataupun di Lonely Planet. Kita dapat langsung mengenali situs ini dari deskripsi visualnya yang berbeda dari lingkungan fisik yang berada di sekelilingnya, bangunan ruko bertingkat 4-5 dan lebih. Aku pikir, dengan bagian samping dan belakang dikeliling oleh dinding setinggi 2 meter sedang bagian depan oleh pagar besi telah membuatnya seperti pulau di antara lautan ruko.
Aku kutipkan sejarahnya dari Lonely Planet:
Van Mieu atau Temple of Literature. Dibangun tahun 1070 oleh Emperor Ly Thanh Tong dari Dinasti Ly, yang mendedikasikannya untuk Confucius (Khong Tu). Enam tahun kemudian, pada tahun 1076, universitas pertama Vietnam didirikan untuk mendidik keluarga kerajaan, kemudian para sarjana terbaik. Di situ kemudian diadakan ujian-ujian untuk merekrut para pegawai kerajaan.
Tahun 1484, Emperor Le Thanh Tong (perhatian yang ini dari Dinasti LE) memerintahkan pembuatan prasasti di atas lokasi Van Mieu untuk mencatat nama, tempat lahir mereka yang telah meraih sarjana dengan lulus ujian tiga tahunan sejak 1442. Meskipun 116 ujian telah diadakan antara 1442 dan 1778, hanya 82 prasasti saja yang masih ada.
Tahun 1802, Emperor Gia Long (Dinasti Nguyen) memindahkan universitas ke ibukotanya yang baru di Hue dan bekas universitas dimanfaatkan sebagai temple untuk Khia Thanh.
Kesatuan Temple of Literature - Quoc Tu Giam dibangun dalam periode-periode serta dinasti yang berbeda. Temple tersebut tidak hanya mewakili kultur Hanoi, tapi juga pusaka arsitektur yang bernilai tinggi dari perspektif artistik serta historiknya (Hung, 2001). Aku lihat dasar konstruksi, penggunaan material yang sama tapi diselesaikan oleh dekorasi yang berbeda. Karena termasuk temple yang kelasnya tinggi, kita akan melihat detil-detil dekorasi yang khas. Dari bentuk-bentuk yang berbeda tersebut, kelihatan bagaimana arsitektur telah diolah untuk mendapatkan citra tertentu.